Bukan ingin membuka luka lama, ataupun ngejelekkin rider yang terlibat dalam ceritanya, toh para rider tersebut juga sudah kembali damai. Hanya ingin bercerita karena waktu pas kejadiannya berlangsung aku ga sempet cerita karna terlalu shock.
Sepang 2015. Mungkin orang biasa aja dengernya, tapi, Sepang Clash. Nah baru teringat dengan jelas, Valentino Rossi dan Marc Marquez, tragedi dan hukuman, dan aksi heroik, dan cerita yang sangat wow, ga terlupakan deh.
Hanya ingin cerita saja, kilas balik. Saat itu Vale digdaya di puncak klasemen walau performanya menurun di race-race akhir. Mungkin bukan performanya yang turun, tapi sirkuitnya aja ga cocok sama dia. Jadi Jorge bisa deketin dia (di klasemen). Padahal waktu itu udah yakin banget Vale bakal juara dunia. Apa daya akhirnya begitu, yasudahlah.
Kontroversi. Dimulai dari Pre-Race Press Conference hari Kamis di Sepang waktu itu Vale melontarkan pernyataan kalau Marc berniat membantu Lorenzo dan bermain-main dengannya di Phillip Island (race sebelumnya). Karna Marc lebih memilih Jorge yang jurdun daripada Vale. So kalo Jorge Jurdun 2015 total titlesnya dia jadi 3, sementara kalo Vale, jadi 8 atau dengan kelas 125cc dan 250cc jadi 10 titles. Ntar Marc susah lagi ngejarnya. Jadi mening Jorge yang menang.
Disini aku percaya sih dengan omongan Vale, karena memang masuk akal. Apalagi setelah insiden Argentina dan Assen Marc sepertinya dendam dengan Vale dan tidak terima kalo Vale juara dunia begitu saja setelah membuatnya menderita. Tapi sayangnya gak ada bukti konkritnya, hanya bermodalkan keyakinan aja (jika dilihat dari sisi obyektif).
Deg-degan, tanpa pernah menyangka akhir ceritanya akan segila ini, pas aku nonton racenya, sumpah deg-degan abis, duh Valeee.... disaat seperti ini jangan battle lah main-mainnya entar aja tahun depan Marc juga kamuu diem ajalahhh aduhhhh dan tiba-tiba..... jegerrrrrr..... terjadilah Sepang Clash. SIAL. Abis Marc jatuh, aku masih deg-degan, apa yang akan terjadi sama Vale, apa apa apa apa ???!!!????
Dan sore harinya saat gue ke BIP untuk membetulkan hape gue yang baru tapi gabisa dipake, sambil hati masih galau dagdigdugdagdigdug mikirin apa yang akan terjadi sama Vale, gua dapat kabar via twitter, Vale dihukum 3 poin penalty oleh RD karna dianggap terpancing dengan provokasi dan berusaha melakukan manuver yang membahayakan lawan alias 'meminggirkan' si Marquez. Hancurlah harapan gue saat itu. Hancur minah sampek gue galau dan nangis dirumah. Asli ya, gue sedih banget tau kenyataan itu. Mana gue ketauan nangis lagi dirumah, ya gue alesan aja karna gue kesel hape gue gabisa dipake mulu. Padahal nangisin abang gue 98% terancam gagal jurdun.
Secercah harapan muncul ke permukaan saat Vale mengajukan banding ke Court of Arbitration for Sport tentang hukumannya, dan adanya petisi online via change.org untuk membatalkan hukuman Vale.
Apa daya, banding ditolak, petisi tidak membuahkan hasil. Di Valencia, sirkuit non favoritnya Rossi, Vale start dari posisi terakhir. Dan sialnya, rival abadinya malah dapet pole position. Sial kan.
Race Valencia. Keringet dingin gue bercucuran pas nontonnya, tapi pasrah, walaupun sambil ngarep karena Vale begitu heroiknya merangsek ke pos 4. Sayang gap udah terlalu jauh dengan pos 3, apalagi pos 1 si Jorge yang melenggang nyaman. Gagal lah juara dunia 2015 Vale yang sebenernya udah didepan mata. Unlucky man.
Rossi masuk ke paddock disambut ribuan fans dan diberi applouse oleh temen-temen paddock sebelah... terharu coy. Unforgettable banget. Gue baper berhari-hari bahkan ampe 2 minggu karena kejadian ini.
Lalu, setelah itu gue jadi marah banget sama Marquez dan Lorenzo. Apalagi Lorenzo gak ada sangkut pautnya di Sepang tiba-tiba ngasih thumb down ke Rossi, kabur pas champagne party, dan mendukung hukuman bagi Rossi. Dasar kacrut ni orang. Vale pun gapernah ngobrol lagi dengan Marc dan Vale since that day. Tapi berakhir damai juga dengan momen kematian Luis Salom yang gue ceritain disini.
Okedeh itu dia cerita carut marut Sepang gue yang merupakan salah satu kejadian terbesar dalam hidup gue walau gue hanya sebagai pemeran pembantu utama alias fans. Wkwk.
Ohya, hopefully gue bisa ke Sepang tahun ini, Aamiin :-)
created : 22 Agustus 2016
Sepang 2015. Mungkin orang biasa aja dengernya, tapi, Sepang Clash. Nah baru teringat dengan jelas, Valentino Rossi dan Marc Marquez, tragedi dan hukuman, dan aksi heroik, dan cerita yang sangat wow, ga terlupakan deh.
Hanya ingin cerita saja, kilas balik. Saat itu Vale digdaya di puncak klasemen walau performanya menurun di race-race akhir. Mungkin bukan performanya yang turun, tapi sirkuitnya aja ga cocok sama dia. Jadi Jorge bisa deketin dia (di klasemen). Padahal waktu itu udah yakin banget Vale bakal juara dunia. Apa daya akhirnya begitu, yasudahlah.
Kontroversi. Dimulai dari Pre-Race Press Conference hari Kamis di Sepang waktu itu Vale melontarkan pernyataan kalau Marc berniat membantu Lorenzo dan bermain-main dengannya di Phillip Island (race sebelumnya). Karna Marc lebih memilih Jorge yang jurdun daripada Vale. So kalo Jorge Jurdun 2015 total titlesnya dia jadi 3, sementara kalo Vale, jadi 8 atau dengan kelas 125cc dan 250cc jadi 10 titles. Ntar Marc susah lagi ngejarnya. Jadi mening Jorge yang menang.
waktu Vale sedang mengeluarkan statement tentang Marc main-main dengannya di Phillip Island
Jorge dan Marc menyimak statement Vale yang melibatkan nama mereka
Disini aku percaya sih dengan omongan Vale, karena memang masuk akal. Apalagi setelah insiden Argentina dan Assen Marc sepertinya dendam dengan Vale dan tidak terima kalo Vale juara dunia begitu saja setelah membuatnya menderita. Tapi sayangnya gak ada bukti konkritnya, hanya bermodalkan keyakinan aja (jika dilihat dari sisi obyektif).
Awal mula rasa ga enak ga enakan antara Vale dan Marc (Argentina 2015).
Disini Marc mengakui jatuh karena kesalahannya sendiri yang terlalu bernafsu, ia tidak menyalahkan Vale walau mata orang awam melihat Marc seperti dijatuhkan oleh Vale.
Mulai muncul ada gesek gesekan Marc terhadap Vale (Assen 2015). Ia mengklaim Vale memotong jalur demi memenangkan race di Assen saat itu.
Vale nggak nyangka Marc jatuh
Dan sore harinya saat gue ke BIP untuk membetulkan hape gue yang baru tapi gabisa dipake, sambil hati masih galau dagdigdugdagdigdug mikirin apa yang akan terjadi sama Vale, gua dapat kabar via twitter, Vale dihukum 3 poin penalty oleh RD karna dianggap terpancing dengan provokasi dan berusaha melakukan manuver yang membahayakan lawan alias 'meminggirkan' si Marquez. Hancurlah harapan gue saat itu. Hancur minah sampek gue galau dan nangis dirumah. Asli ya, gue sedih banget tau kenyataan itu. Mana gue ketauan nangis lagi dirumah, ya gue alesan aja karna gue kesel hape gue gabisa dipake mulu. Padahal nangisin abang gue 98% terancam gagal jurdun.
Secercah harapan muncul ke permukaan saat Vale mengajukan banding ke Court of Arbitration for Sport tentang hukumannya, dan adanya petisi online via change.org untuk membatalkan hukuman Vale.
Apa daya, banding ditolak, petisi tidak membuahkan hasil. Di Valencia, sirkuit non favoritnya Rossi, Vale start dari posisi terakhir. Dan sialnya, rival abadinya malah dapet pole position. Sial kan.
Race Valencia. Keringet dingin gue bercucuran pas nontonnya, tapi pasrah, walaupun sambil ngarep karena Vale begitu heroiknya merangsek ke pos 4. Sayang gap udah terlalu jauh dengan pos 3, apalagi pos 1 si Jorge yang melenggang nyaman. Gagal lah juara dunia 2015 Vale yang sebenernya udah didepan mata. Unlucky man.
apa maksudmu wahai manusia berkaki merah putih mengacungkan jempol kebawah ?! :@
Ohya, hopefully gue bisa ke Sepang tahun ini, Aamiin :-)
created : 22 Agustus 2016
