Tentang Masa Lalu Pasangan Kamu, Mau Nerima?

Wanita suci dan tidak suci.
Laki-laki perjaka atau tidak perjaka.

Dulu mengkotak-kotakkan orang kerasa gampang banget dilakukan. Bahkan mencap diri sendiri bagai orang suci yang cuma mau berpasangan sama orang suci.

Hahaha, Sarah lagi ngomong apa sih?

Pernah gak sih berpikir, gimana kalo suatu saat pasangan kamu bilang sama kamu kalau dia udah pernah 'berhubungan' sama pasangan sebelumnya walaupun status dia bukan janda ataupun duda?
Atau gimana kalo teman kamu ternyata adalah seorang yang suka minum-minum atau suka tidur dengan pacarnya?
And you are an ordinary people who live with 100% good manner and strong religion?

Adakah muncul rasa illfeel di hati kamu terhadap orang2 tsb?
Adakah rasa ingin menjauh karena takut terbawa oleh orang2 tsb?

====================

Gue ngefans berat sama Marc Marquez dan berharap berjodoh dengannya (gak usah ketawa, gue juga mikirin ini sambil ketawa kok). Dulu gue mikir, apa dia pernah ngapa2in ya sama perempuan? Duh.. aku kok gak rela. Gue aja belom pernah ngapa2in sama siapa2, masa ntar gue dapet dia udah 'pernah' sama orang.

Lalu kemudian satu hari gue dapat sebuah pembelajaran, hingga bikin gue berpikir.

Emang kalo dia udah pernah ngapa2in sama orang  di masa lalunya, dia jadi bukan diri dia? Dia jadi bukan orang yang gue kenal dan gue sayang? Dia jadi orang lain? Kan enggak. Dia tetep aja dia.

Nggak ada kata 'bekas' atau 'baru'. Karena kalo gue cinta sama dia, gue pasti cinta pada jiwanya, pada manusianya, pada pemikirannya. Gak ada kata 'bekas' untuk sebuah jiwa. Lain halnya jika masa lalunya masih dia simpan di jiwanya sebagai bagian penting dan masih dia telusuri, tidak dia tinggalkan, gue barubaru  meragukan, atau ambil keputusan. Karena cinta itu soal jiwa. Kalau jiwanya masih terkait dengan jiwa orang lain, berarti dia bukan 100% milik kita di masa kini. Dia masih milik masa lalunya.

Kalau gue ragu, kecewa, illfeel, sama seseorang yg berarti buat gue ketika mereka bilang bahwa mereka punya masa lalu yg 'ekstrem', I dont love him.
Gue mungkin cinta pada ekspektasi sendiri terhadap dia. Gue cinta dengan keinginan gue yang gue harap bisa dipenuhi oleh dia. Gue jatuh cinta pada egoisme pribadi yang menginginkan dia sesuai dengan pemikiran gue.

Gue pikir, gue bisa nerima pasangan gue ketika dia bilang dia pernah berbuat hal ekstrem dengan masa lalunya. Gue juga lebih memilih kalo pasangan gue bilang dari awal, tidak sebelum hubungan jauh, apalagi H-1 pernikahan. Gue akan nerima gimanapun dia, asal keterbukaan dan kepercayaan juga dia pegang sebagai prinsip. Yang gue gak bisa terima cuma, kalau masa lalunya itu masih tertanam sampai saat dia berhubungan dengan gue di masa sekarang.

Gak semua orang akan atau harus mengambil tindakan yang sama. Semuanya, balik lagi sama prinsip masing-masing. Dan prinsip, harus dihargai.

March 12th 2019, 10.57 PM

          Gak usah banyak basa-basi. Di atas kasur, masih pake baju kerja dan makeup lengkap dan rambut yang masih bagus karna belom ilang efek catoknya, gue ngelamun dan merana merasa kehilangan diri sendiri.

          Gimana enggak, belakangan ini gue stress berat dan semuanya gue tanggung sendiri bebannya di kepala gue yang kecil ini. Entah gue yang terlalu merasa udah habis-habisan atau gue yang baru tahu kehidupan, tapi setelah banyak harapan gue pupuk dan ternyata gak jadi nyata, gue seperti ditinggalkan oleh semua, oleh apapun yang ada di hidup gue, di satu titik ini, titik di mana gue bener-bener gak punya apa-apa dan siapa-siapa.

          Uang gak punya, gue gak tahu hidup gue mau apa, gue gak tahu gue punya siapa. Sebelumnya hidup gue udah cukup parah dengan mengalami gejala stress berat yang hampir ke depresi, mengalami kegagalan di segala usaha yang gue lakukan, dan semuanya selalu berusaha untuk gue perbaiki. Sekarang, bukannya makin baik, gue malah ditambah ujiannya dengan mengharapkan kasih sayang dari orang yang bahkan gak peduli hidup gue mau kayak apa. Plus, rencana-rencana yang sudah gue susun sedemikian rupa untuk masa depan gue hancur berantakan dan sekarang gue bingung mau dibawa kemana hidup gue yg sekarang kacau secara psikis ini.

          Mencoba mencari hal yang gue sukai, tapi nampaknya malah memperburuk diri gue sendiri karena gue jadi bingung apa yang gue sukai dan akan bermanfaat untuk kehidupan gue ke depan. Gue gak bisa hanya melakukan apa yang gue mau tanpa berpikir apa faedahnya buat hidup jangka panjang gue. Berpikir dan mencari tahu tentang itu, leads me deeper to stress, because right now I don't know exactly what I want. Orang yang gak tahu sama apa yang dia mau dan gak tahu apa tujuannya itu orang yang menurut gue parah dan bahaya banget hidupnya, lah dia aja gak tahu hidupnya buat apa. Sepanjang gue hidup gue selalu punya tujuan, tapi sekarang, semua tujuan gue seperti berlari jauh dari gue dan pandangan gue jadi kabur gak bisa melihat apa-apa dengan jelas.

          Gue disini merasa seperti orang bodoh berharap ada dorongan yang bisa membuat gue seenggaknya menjalani hari dengan enteng, sayangnya dorongan yang gue harapkan juga salah satu hal yang membuat gue hancur. Kebingungan nyari obat buat ngatasinnya, gue lebih banyak melakukan hal tidak produktif dan itu semakin bikin gue hancur. Hancur - berusaha bangkit - dihancurkan - semakin hancur - memperhancur diri sendiri. Pola hidup gue belakangan ini.

          Merasa semakin tidak berguna karena melakukan hal tidak bermanfaat. Mencari hiburan dengan menonton hal yang energik tapi nggak memberikan dampak baik, hanya hiburan sesaat. Tidak ingin terpengaruh dengan sosial media namun nyatanya iri dengan mereka-mereka yang dapat kasih sayang begitu banyak dari sekitarnya, dari pacarnya, dari keluarganya, dari orang-orang terdekatnya. Sementara gue disini nangis sendirian tanpa ada satupun yang tahu. Ketika gue cuma mengharapkan kasih sayang, ketika gue sering memikirkan kepentingan orang lain, itu pun gak pernah ada artinya buat mereka. Pada akhir hari gue selalu sendiri. Memikirkan hidup sendiri. Gak ada yang bisa disalahin, karena hidup sendiri itu tanggung jawab sendiri. Lagi-lagi menyalahkan diri sendiri, kenapa lo membiarkan semua ini terjadi sama hidup lo?

          Mulai gak tahan dengan perasaan dan pikiran yang makin berat, mulai mencari hal-hal yang sekiranya meringankan. Dengan tidur lebih lama, misalkan. Sengaja minum obat tidur supaya bisa tidur lebih lama dari biasanya, supaya nggak terpikir hal-hal yang bikin sedih. Kenyataannya, harus selalu ada waktu untuk terjaga. Harusnya dimanfaatkan tapi malah terasa jadi menakutkan. Mencari lagi jalan pintas, selanjutnya mungkin mencari efek tenang dari obat yang akan diberikan psikiater, terserah. Yang penting perasaan ini bisa bebas, pikiran ini bisa kembali sehat, begitu juga dengan badan.