Objektifikasi Perempuan

          Udah lama gak nulis blog. Blog memang tempat yang pas ketika gue mau numpahin 'pikiran-pikiran berat' yang ada di otak gue. Kenangan, pertanyaan, pikiran, orang, pengalaman, semuanya gue taro sini. Kangen juga, kayak ada sesuatu yang terlupakan ketika lama gue meninggalkan blog gue ini.

          Ohya, kali ini apa?

         Gue pengen bicara tentang satu hal sehabis nonton videonya kak Gita. Kak Gitasav ini emang selalu bisa mancing gue untuk ingin bicara karena topiknya, the way she talk, selalu related dengan gue. Videonya judulnya, "Senyum dong, Neng!" (sila search di yutup).

         Isi dari video tersebut, tentang objektifikasi terhadap wanita, tentang kepatriarkian dan seksisnya sebagian (mungkin bisa dibilang besar) dari masyarakat kita, masyarakat Indonesia.

          Pasti lu sebagai cewek pernah deh disiulin atau dicatcallingin di jalan sama entah siapa. Abang-abang, mas-mas, sampe anak-anak bocah seragaman sma yang beraninya keroyokan. Kalo lo cemberut atau gak nyaut pasti bilang,

"Jangan judes gitu neng,"
"Senyum dong neng."
"Assalamualaikum neng cantik."
"Judes nih.."

          Mana ada mas-mas lewat trus dicengcengin, "hey mas, senyum dong! jelek kali cemberut gituu." (kecuali ama mbak-mbak tanda kutip)

          Seakan-akan lo sebagai cewek harus selalu tersenyum, harus nampak ramah, harus manja-manjaan, bisa digodain gitu aja. Sebagian orang mungkin mikir, "ah namanya juga cowok, emang suka begitu." atau bahkan lo sendiri mungkin berpikir manusia berjenis kelamin pria wajar melakukan hal seperti itu.

          Gak cuma secara verbal. Pernah gak, lo deket-deketan sama temen cowok, atau cowok yang baru kenal, trus mereka kayak pengen deket-deket, pengen modus-modus secara fisik. Trus lo berpikir hal tersebut hal wajar karena mereka adalah cowok. Gue, gue adalah salah satunya. Dulu gue mewajarkan hal ini, cowok yang suka modus ngerangkul, pengen salaman, pengen deketan. Gue pikir hal tersebut wajar karena mereka cowok.

         Tapi sekarang, gue sadar dan gue menyesal membiarkan cowok jadi mewajarkan perilaku salah mereka sendiri akibat pemakluman dari gue yang salah besar. Cowok, dan cewek, sama-sama manusia yang punya nafsu dan suka pengen modus. Seneng liat lawan jenis yang sesuai kriteria dari segi apapun. Tapi manusia dikasih akal untuk mengontrolnya. Jadi ketika seseorang yang sama-sama diberi akal tapi gabisa mengontrol dirinya sendiri dengan akalnya, gakbisa dimaklumi gitu aja. Harus diingatkan, harus dikasih tahu. Jangan sampe ada cowok yang mau-mau aja disamain sama binatang yang boleh nyalurin nafsunya ke mana aja dan ke siapa aja.

          Trus ada hal lain yang gue pikirin dan baru gue sadarin. Kebetulan muka gue bisa dibilang gak ada ekspresinya, wajah datar, atau mungkin buat orang yang tau, muka gue bisa dibilang resting bitch face. Gara-gara video kak Gita, gue baru nyadar, iya ya. Resting bitch face cuma berlaku buat cewek. Dalam kalimatnya juga ada kata 'bitch'. Cowok mana ada disebut RBF. Yang ada disebut cool, macho, keren, kalo muka-mukanya jarang berekspresi atau nunjukin ekspresi datar jarang senyum. Gue jadi bertanya-tanya, kok bisa ya?

          Apa bener cewek itu selalu diidentikkan dengan keramahan, kelemahlembutan, senyuman? makanya kenapa bisa ada istilah 'Resting Bitch Face' buat orang-orang 'berbeda' yang punya muka jutek karena dianggap sesuatu yang 'lain'?

          Pikiran gue merembet kemana-mana, berhubungan dengan cewe yang diidentikan dengan 'penghibur' ini. Pernah ga sih lo merhatiin cewek-cewek yang 'lugu', 'agak bodoh', 'telat mikir', tapi bikin ngakak (tidak dalam konteks bullying), lebih disukai, mudah didekati, asik digodain atau dibecandain, atau jadi spotlight? buat gue pribadi, gue sering lihat yang kayak begini. Sering, banget. Gue sendiri pernah jadi jenis cewek macam itu, bahkan sekarang pun mungkin masih di beberapa lingkaran tertentu. Semacam jadi 'bahan hiburan'.

          Ohya, kenapa gue kasih tanda kutip di masing-masing kata diatas? karena, bisa jadi karakter atau tingkah laku mereka itu cuma pura-pura. Mungkin aja cewek-cewek tersebut sebenernya gak begitu, mereka cuma bertingkah seperti itu karena dengan hal itu orang-orang membuat dia jadi spotlight, jadi tokoh, untuk sering dibecandain, disebut terus namanya, dianggap ada, merasa ada di sebuah lingkaran. Kenapa gue ngomong begini? karena gue, bener-bener pernah kayak gitu. Gue pada aslinya emang proses mikirnya cenderung deep dan lama. Dan ketelmian gue itu jadi hal yang lucu dan gue jadi sering digodain dalam tanda kutip dibecandain sebagai temen. Bully bully bercanda gitu istilahnya, dan itu somehow nyenengin. Siapa sih yang ga seneng diperhatiin, jadi spotlight? hellowww.

          Tapi gue berpikir juga, kenapa sih gue kayak gitu? gue emang telmi but that's not the whole me. Kenapa gue senang dan berusaha terlihat dengan sisi 'bodoh' gue untuk jadi perhatian orang?



          Maybe it's just me but I just want to say this. Gue kadang berpikir karna gue ga ramah, ga suka banyak senyum, settingan default muka gue judes dan lemes, dan gue gak terlalu suka basa-basi, bikin gue jadi jenis orang yang tidak lovable. Padahal apa sih standarisasi dari orang yang 'lovable'?Gue mikir, kenapa gue gak fokus ke sisi lain dan membiarkan orang menyukai gue just the way I am? Ngapain berusaha diakui dengan cara berpura-pura goofy? sok manja? sok jomblo? sok-sok sobat misqueen? dipikir-pikir shitty banget. Di hari tua, apa yang gue ingin orang ingat tentang gue? kebodohan gue? ketelmian gue?

          Gue pernah baca sebuah tweet. Yang terjadi di lingkungan ini,

"Cowok akan merasa percaya diri jika isi dompetnya bagus, cewek akan merasa percaya diri jika penampilannya bagus." 

            Dipikir-pikir, bener juga, tapi.. kenapa? apa cewek merasa lebih diakui jika 'tampilannya' bagus? Gue malah suka minder sama cewek-cewek cantik instagrammable berkulit putih mulus yang kayaknya bisa narik perhatian cowok by how they look, kenapa? kenapa gue gak fokus sama 'isi' (termasuk dompet) untuk jadi merasa percaya diri? kenapa harus, cowok berduit banyak bisa narik perhatian cewek, cantik ataupun biasa aja, dan itu keliatan sebagai sesuatu yang wajar. Kenapa cewek yang berduit banyak dan berpendidikan tinggi malah keliatan menakutkan dan bikin cowok jadi ciut?

           Gue ternyata lupa, dan gue merasa teringatkan lagi berkat videonya kak Gita. Statement terakhir tadi, berlaku buat cowok yang kayak gimana dulu? cowok yang insecure sama dirinya sendiri dan ngarep punya cewek cantik untuk membuat dia terlihat 'wah' karena mampu ngegaet cewek cantik? ngapain minder gara-gara cowok kayak gitu? padahal bisa aja salah satu alesan cowok dapetin cewek cantik (bagi sebagian mereka) adalah untuk meningkatkan pride mereka, doang. Don't change just because of them. They don't worth you.

           Cowok -sebagian besar- mungkin akan selalu suka cewek cantik, ramah, yang lembut, yang mengayomi, yang dibawah pimpinannya. Tapi jangan jadikan keinginan mereka sebagai patokan untuk bagaimana kita harus bertingkah laku. Do what you want to do, be your truly self. Gue juga, gak akan berusaha untuk jadi orang lain untuk membuat orang suka sama gue. Gak semua cewek sama, cantik, lembut, ngeksis. Tapi semua cewek itu berkarakter, just like men. Jangan lagi takut memperlihatkan karakter kita hanya karena takut tidak sesuai dengan standarisasi-standarisasi dari cowok atau dari masyarakat yang gak berdasar.

          We are human. We have characters. We will love each other, karena karakter kita, bukan karena bagaimana kita terlihat atau bagaimana kita bisa memenuhi standar-standar sosial yang sebenernya cuma full of shit doang. :)


So that's my opinion, xoxo.