Keistimewaan Penting dari Memiliki Akal dan Pikiran

Dulu, saya sering takut bahwa saya akan kehilangan ambisi. Tidak terbayang bagi saya bagaimana seseorang dapat hidup dan memperbaiki hidupnya tanpa memiliki ambisi. Saya tidak mau menjadi orang yang nyaman dengan hal yang biasa biasa saja. Tapi sekarang, saya menyadari satu hal penting yang lebih krusial daripada ambisi yang saya sebutkan sebelumnya. Kemampuan untuk bermuhasabah diri.

Bagi saya, dianugerahi akal dan pikiran adalah hal luar biasa yang Allah berikan kepada kita sebagai manusia. Salah satunya, akal dan pikiran itu lah yang membuat kita mampu untuk bermuhasabah diri. Berintrospeksi diri, mengevaluasi diri. Saya takut sekali, lebih takut lagi daripada tidak memiliki ambisi, jika saya tidak mampu atau melupakan muhasabah diri. Tidak tahu bahwa saya salah saja saya takut, apalagi merasa bahwa saya sudah tahu, karena hal itu hanya akan menipu dan menghancurkan diri saya. Tidak hanya soal apa yang saya ketahui dan tidak ketahui, tetapi juga tentang sikap dan sifat lain.

Kembali berbicara soal ambisi, berambisi dengan artian tidak hanya berdiam diri ketika memiliki hidup yang biasa biasa saja, tentu, itu adalah keharusan. Tapi satu hal yang saya lupakan adalah, bagaimana untuk bisa menyadari untuk tidak hidup biasa-biasa saja, senantiasa memperbaiki dengan diiringi rasa syukur yang bijaksana.

Dewasa ini, di usia saya yang sekarang, mencapai keikhlasan adalah sebuah perjalanan yang panjang dan berat. Amat berat. Ketenangan hati, keikhlasan hati, bagi saya adalah sesuatu hal yang amat mahal harganya. Titik di mana saya mampu untuk ikhlas, dan mensyukuri setiap yang saya miliki, adalah sebuah perjalanan yang menurut saya akan dilalui oleh setiap manusia di dunia, dengan hasil akhir menjadi manusia yang berpasrah diri dan bersyukur. Dari kedua hasil akhir tersebut, tujuan akhir yang juga diperoleh adalah ketenangan hati. Maka ketika sudah sampai di tahap ketenangan hati tersebut, saya kira adalah juga hal yang patut disyukuri mengingat prosesnya yang begitu luar biasa.

Kemudian dalam hal bermuhasabah diri, selain dari banyak menyelamatkan diri kita dari urusan keduniawian, menurut saya penting sekali untuk bekal kita menjadi hamba yang dicintai Allah.

Bayangkan output yang kita dapatkan dari kita bermuhasabah diri. Di dunia, kita Insya Allah dapat menghindari sifat-sifat yang dibenci Allah, terutama sifat sombong, karena kita Insya Allah selalu mengingat bahwa kita pasti memiliki salah dan kekurangan yang harus terus diperbaiki, tidak terlena dengan bagaimana pun kedudukan kita, yang sebenarnya juga adalah milik Allah yang dititipkan kepada kita. Pun juga kita senantiasa bertaubat dan memohon petunjuk untuk Allah berikan evaluasi kita dalam setiap kekhilafan, kekurangan, kejahatan, atau keburukan yang kita lakukan, sengaja atau pun tidak.

Belum lagi urusan keduniawian. Kembali lagi ke hal pertama yang saya bahas di awal. Jika kita menjadi manusia yang mampu bermuhasabah diri, tentu kita tidak akan diam saja ketika hidup kita biasa-biasa saja dan tentu mencari jalan improvisasi terbaik yang dapat kita lakukan. Juga hubungan kita terhadap sesama manusia. Kita tidak akan berpuas diri terbatas pada apa yang kita miliki sekarang saja, tetapi juga bagaimana untuk menjadi hamba, umat, saudara terbaik dalam beragama dan berhubungan dengan manusia.

Insya Allah semoga Allah berikan kita semua kerendahan hati untuk senantiasa bermuhasabah diri dan berlapang hati terhadap segala ketentuan-Nya. Aamiin.